Peran
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Sumber
Daya Manusia
Nisa
Mutia Hapsari
155254022
Program Studi D4 - Administrasi Bisnis
Politeknik
Negeri Bandung
ABSTRACT
This journal has a purpose to examine the role
of leadership and organizational culture to the performance of human resources.
Human resources are the people who make up the labour force of an organization.
Leadership and organizational culture
have an important role in shaping the quality of skilled and highly competitive
human resources. Leadership and organizational culture are in a good
environment where human resources are located. The success of an organization
or company has a major influence from the quality of leadership and human
resources. The ability to influence, persuade, mobilize many people to come
together to achieve the goals of the organization. An organization's leader is
responsible for creating a work environment that enables human resources to
mobilize their best abilities in work, helping organizations achieve their
goals. Organizational culture affects employee performance. It is important for
an organization to have a strong culture in order to give employees greater
loyalty than employees of employees in organizations with a weak culture.
Organizations need strong leadership and management to gain optimum
effectiveness. A leader or manager plays an important role in the development
of human resource performance. They should be able to identify problems or gaps
between the competencies or qualifications of workers and job demands, and then
think of steps to address them. They also play a role in the provision of
motivation and supervision. The main role of a leader is to influence others to
voluntarily achieve the established goals. Leaders create vision and inspire
others to achieve that vision and expand themselves beyond their normal
capabilities. A leader is said to be effective when it reaches its goal.
keywords:
leadership, organization, human resources, culture
ABSTRAK
Jurnal
ini bertujuan untuk meneliti peran kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap
kinerja sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah orang-orang yang membentuk
angkatan kerja sebuah organisasi. Kepemimpinan dan budaya organisasi memiliki
peran penting dalam membentuk kualitas SDM yang terampil dan sangat kompetitif.
Kepemimpinan dan budaya organisasi berada dalam lingkungan yang baik dimana
sumber daya manusia berada. Keberhasilan sebuah organisasi atau perusahaan
memiliki pengaruh besar dari kualitas kepemimpinan dan sumber daya manusia.
Kemampuan untuk mempengaruhi, membujuk, memobilisasi banyak orang untuk
bersama-sama mencapai tujuan organisasi. Pemimpin organisasi bertanggung jawab
untuk menciptakan lingkungan kerja yang memungkinkan sumber daya manusia untuk
memobilisasi kemampuan terbaik mereka dalam bekerja, membantu mereka mencapai
tujuan mereka. Budaya organisasi mempengaruhi kinerja karyawan. Penting bagi
sebuah organisasi untuk memiliki budaya untuk memberi karyawan loyalitas lebih
besar daripada karyawan. Organisasi membutuhkan kepemimpinan dan manajemen yang
kuat untuk mendapatkan efektivitas yang optimal. Seorang pemimpin atau manajer
memainkan peran penting dalam pengembangan kinerja sumber daya manusia. Mereka
harus dapat mengidentifikasi masalah atau kesenjangan antara kompetensi atau
kualifikasi pekerja dan tuntutan pekerjaan, dan kemudian memikirkan
langkah-langkah untuk mengatasinya. Mereka juga berperan dalam penyediaan
motivasi dan supervisi. Peran utama seorang pemimpin adalah mempengaruhi orang
lain untuk secara sukarela mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin
menciptakan visi dan mengilhami orang lain di luar kemampuan normalnya. Seorang
pemimpin dikatakan efektif saat mencapai tujuannya.
Kata kunci: kepemimpinan, organisasi, sumber daya
manusia, budaya
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia
dalam usahanya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sudah berlangsung
sejak berpuluh-puluh tahun lalu karena keunggulan kompetiftif dihasilkan
dari sumber daya manusia yang andal.
Salah satu faktor internal yang memiliki peran yang penting adalah sumber daya manusia
sebagai tolak ukur berhasil tidaknya tujuan dari organisasi tersebut dicapai.
Kepemimpinan
dan budaya organisasi memiliki peran yang penting dalam membentuk karater
sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki keterampilan dan berdaya
saing tinggi. Kepemimpinan dan budaya organisasi pula yang menciptakan
lingkungan organisasi yang baik dimana sumber daya manusia tersebut berada.
Keberhasilan suatu organisasi atau
perusahaan memiliki pengaruh besar dari kulitas pimpinan dan sumber daya
manusianya. Kemampuan untuk mempengaruhi, mengajak, menggerakan banyak orang
untuk bersama-sama mencapai tujuan dari organisasi itu. Seorang pemimpin suatu
organisasi bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan kerja yang memungkinkan
sumber daya manusia mengerahkan kemampuan terbaik mereka dalam berkerja,
sehingga membantu organisasi mencapa tujuan-tujuannya.
Kemudian
sumber daya manusia juga akan menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan
perusahaan. Oleh karena itu berhasil tidaknya suatu organisasi atau institusi
akan ditentukan oleh faktor manusianya atau karyawannya dalam mencapai
tujuannya. Seorang karyawan yang memiliki kinerja (hasil kerja atau karya yang
dihasilkan) yang tinggi dan baik dapat menunjang tercapainya tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan. Kinerja merupakan hasil kerja yang
dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugasnya yang dihubungkan
dengan suatu ukuran nilai tertentu dari perusahaan dimana individu tersebut
bekerja
Budaya organisasi berpengaruh pada
kinerja karyawan. Penting bagi sebuah organisasi untuk memiliki budaya yang
kuat agar para karyawan memberikan kesetiaan yang lebih besar ketimbang para
karyawan para karyawan dalam organisasi yang memiliki budaya lemah. Dari sebuah
penelitian juga terungkap bahwa budaya organisasi yang kuat cenderung
memperlihatkan hubungan dengan kinerja organisasi yang baik. Bila nilai-nilai
pokok organisasi dapat dipahami secar jelas dan diterima secara luas, para
karyawan akan mengetahui apa yang harus dikerjakan dana pa yang diharapkan dari
diri mereka, sehingga mereka selalu dapat bertindak dengan cepat untuk
mengatasi berbagai permasalahan.
1.2 Tujuan
·
Untuk
mengetahui pentingnya kepemimpinan dan budaya organisasi
·
Untuk
mengetahui peran kepemimpinan dan budaya organisasi terhdapa kinerja sumber
daya manusia
1.3 Ruang Lingkup
Jurnal ini mencakup fungsi serta
tugas seorang pimpinan, bagaimana cara seorang pemimpin dapat mempengaruhi
seluruh sumber daya manusia yang dimilikinya. Kemudian jurnal ini juga mencakup
tentang budaya organisasi yang dapat meciptakan kinerja dari sumber daya
manusia dapat meningkat atau bahkan menurun.
2. Tinjauan teori
2.1 Kinerja SDM
Kinerja merupakan hasil secara
kualitas dan kuantitas yang didapat oleh seorang karyawan dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya. Kinerja individu
merupakan pondasi dari kinerja organisasi. Kinerja karyawan merupakan kunci
dalam mencapai efektivitas. Orang yang berperilaku dengan cara-cara yang dapat,
maupun yang tidak dapat diramalkan. Setiap orang memiliki pola perilaku yang
unik. Pengertian kinerja pegawai yang dikemukakan oleh Prawirosentono dalam
bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Kebijakan Kinerja Karyawan (1999),
“Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.”
Seorang
pemimpin harus mengamati, merespons dan menghadapi serangkaian pola perilaku
yang ditunjukkan oleh karyawan. Kinerja pegawai pada dasarnya terbentuk setelah
pegawai merasa adanya kepuasan, karena kebutuhannya terpenuhi dengan kata lain
apabila kebutuhan pegawai belum terpenuhi sebagaimana mestinya maka kepuasan
kerja
tidak akan tercapai, dan pada hakikatnya kinerja pegawai akan sulit terbentuk. Menurut
Wibowo (2010) “Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai
dari pekerjaan tersebut.”
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kinerja SDM merupakan hasil
kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM dalam melaksanakan tugas kerjanya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2.2
Kepemimpinan
Sekitar 20%
kesuksesan organisasi ditentukan oleh kepemimpinan, selebihnya adalah hasil
pengikut. Kepemimpinan yang sejati mendapat sebuah respons dari orang lain.
Kepemimpinan bukan paksaan. Suatu organisasi yang memilliki pemimpin yang
hebat, mampu melihat arah yang harus dituju dan memiliki kemampuan yang baik
untuk memimpin. Menurut Timotius (2016), “Kepemimpinan adalah kemampuan atau
kekuasaan yang digunakan oleh pemimpin untuk menggerakan para pengikutnya untuk
mencapai visi atau tujuan organisasi.” Seseorang yang menduduki jabatan atau
memerintahkan orang lain melakukan sesuatu tidak lantas disebut sebagai
pemimpin. Kepemimpinan berkaitan dengan pengaru sosial, dan bukan kekuasaan
jabatan/posisi Pengertian Kepemimpinan Menurut George R. Terry (1972:458):
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan
mencapai tujuan organisasi. Sedanagkan menurut Wexley & Yuki (1977),
kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha
mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan unyuk
mempengaruhi orang lain untuk mencapai visi dari organisasi.
empat tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja di antara
bermacam-macam individu dan departemen-departemen dalam organisasi yangmempersulit
tugas pengkoordinasian bagianbagian
organisasi secara efektif yaitu:
1. Perbedaan dalam orientasi terhadap
tujuan tertentu. Para anggota dari
departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka
sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan
organisasi yang
baik.
2. Perbedaan dalam orientasi waktu.
Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah
yang
harus dipecahkan segera dalam periode
waktu pendek. Bagian penelitian dan
pengembangan lebih terlibat dengan
masalah-masalah jangka panjang.
3. Perbedaan dalam orientasi antar
pribadi. Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan
keputusan yang cepat agar
prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan
mungkin
dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan
pendapat serta
berdiskusi satu dengan yang lain.
4. Perbedaan dalam formalitas struktur.
Setiap tipe satuan dalam organisasi
mungkin mempunyai metoda-metoda
dan standar-standar yang berbeda
untuk mengevaluasi program terhadap
tujuan dan untuk balas jasa bagi
karyawan. Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi baik
yang berorientasi bisnis maupun publik, biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan
atau kegagalan pemimpin. Begitu
pentingnya peran pemimpin sehingga isu mengenai pemimpin dan
budaya organisasi menjadi fokus yang menarik perhatian para peneliti
2.3
Budaya Organisasi
Kepribadian dari
sebuah organisasi biasa disebut budaya organisasi. W.L Gore &Associates,
sebuah perusahaan yang dikenal karena menghasilkan pakaian-pakaian lapangan (outdoor weas) yang inovatif dan
berkualitas tinggi, telah memahami arti penting
budaya organisasi. Sejak didirikan pada tahun 1958 , Gore telah menerapkan
metode kerja tim dengan susunan organisasi yang luwes (fleksibel) dan
nnonhierarkis bagi para karyawan dalam mengembangkan produk-produk inovatif.
Menurut Robbins dan Coulter (2010), “Budaya organisasi (organization culture) merupakan nilai-nlai, prinsip-prinsip,
tradisi dan cara-cara bekerja yang dianut bersama oleh para anggota organisasi
dan mempengaruhi cara mereka bertindak.
Sedangkan menurut Susanto (1997) memberikan definisi budaya
organisasi sebagai nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk
menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam
perusahaan sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai
yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak atau berperilaku.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi
adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam bagiamana cara bertindak dan
menghadapi masalah yang dilakukan oleh pelaku-pelaku organisasi.
HUBUNGAN
KEPEMIMPINAN DAN KINERJA SDM
Kepemimpinan dapat mempengaruhi
kinerja karyawan. Keberhasilan atau efekti- vitas kepemimpinan seseorang tidak
saja diukur bagaimana memberdayakan bawahannya, akan tetapi juga kemampuannya
menjalankan kebijakan perusahaan melalui cara atau gaya kepemimpinannya
sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan. Kinerja karyawan merupakan
perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan yang biasanya dipakai sebagai
dasar penilaian terhadap karyawan atau organisasi. Kinerja yang baik merupakan
suatu langkah menuju tercapainya tujuan organisasi. Peran utama seorang
pemimpin adalah mempengaruhi orang lain untuk secara sukarela mencapai sasaran
yang telah ditetapkan. Pemimpin menciptakan visi dan mengnspirasi orang lain
untuk mencapai visi tersebut dan memperluas diri mereka diluar kapabilitas
normalnya. Seorang pemimpin dikatakan efektif bila mencapai tujuannya. Agar
mampu mencapai tujuan seorang pemimpin diharapkan mempunyai kompetensi sesuai
dengan kepentingan organisasi. Karena itu diperlukan pemimpin yang cerdas dan
terampil, serta memiliki kompetensi.
Organisasi perlu kepemimpinan dan
manajemen yang kuat untuk mendapatkan efektivitas secara optimal. Dalam
dinamika dunia modern sekarang ini, kita memerlukan pemimpin yang menantang
status-quo. Keberhasilan berkembangnya sumber daya manusia juga dipengaruhi
oleh kompleksitas organisasi, gaya belajar atau prinsip-prinsip pembelajaran manajemen
sumber daya manusia yang lain. Manajemen puncak harus meberikan dukungan penuh
dalam pengembangan kinerja sumberdaya manusia. Dukungan ini harus bersifat
konkret dan perlu dikomunikasikan kepada seluruh bagian organisasi.
Selanjutnya, dukungan ini harus diwujudkan dalam bentuk penyediaan sumber daya
yang memadai agar tercapainya kinerja sumber daya manusia yang baik.
Seorang pemimpin atau manajer
berperan penting terhadap berkembangnya kinerja sumber daya manusia. Mereka
hendaknya mampu mengidentifikasikan masalah atau kesenjangan anatara kompetensi
atau kualifikasi pekerja dan tuntutan pekerjaan, dan kemudian memikirkan
langkah-langkah untuk mengatasinya. Mereka berperan pula dalam pemberian motivasi
dan penyeliaan (supervisi). Proses evaluasi dalam setiap program pengembangan
juga menuntut keterlibatan aktif semua manjer lini. Dari mereka diharapkan akan
diperoleh umpan balik yang diperlukan. Peran manajer lini yang utama adalah
memberi dukungan terhadap proses belajar dan mendorong penerapan hasil belajar
dalam pekerjaan. Salah satu permasalah yang terpenting yang dihadapi oleh para
pemimpin adalah bagaimana dapat meningkatkan kinerja karyawannya sehingga dapat
mendukung keberhasilan pencapaian tujuan. Pimpinan atau manajer yang baik
adalah yang mampu menciptakan
suatu
kondisi sehingga orang secara
individu
atau kelompok dapat bekerja dan mencapai produktifitas kerja yang tinggi.
Permasalahan peningkatan kinerja karyawan erat kaitannya dengan permasalahan
bagaimana menjadi pemimpin yang baik, bagaimana
memotivasi
karyawan, bagaimana pengawasan dilakukukan, bagaimana cara mengembangkan budaya
kerja yang efektif dan bagaimana menciptakan lingkungan kerja nyaman dan
kondusif, agar karyawan dapat dan mau bekerja optimal sehingga dapat
mendukung
pencapaian tujuan perusahaan.
Seorang pemimpin atau manajer harus
membantu karyawan dalam mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka
butuhkan untuk melakukan pekerjaan, baik yang dilakukan di masa kini maupun di
masa mendatang, serta membantu mereka untuk mencapai saasran-sasaran pribadi
mereka, pemimpin harus mampu menganalisis masalah-masalah kinerja, merancang,
melaksananakan, mengevaluasi dan mengelola.
Kompetesi yang perlu dimiliki
pemimpin yang efektif adalah:
·
Personality:
Perhatian pemimpin atas masalah lahirlah tingkat tinggi (ramah, aktif
berbicara, suka bergaul dan tegas) dan kesadaran (berhati-hati, diandalkan dan
disiplin diri)
·
Self-concept.
Keyakinan diri dan evaluasi diri positif pemimpin tentang keterampilan
kepemimpinanannya sendiri dan kemanpuan mencapai sasaran
·
Drive.
Motivasi dari dalam diri pemimpin untuk mengejar tujuan
·
Integrity.
Keadaan dan kecenderungan pemimpin untuk menerjemahkan kata-kata kedalam
perbuatan
·
Leadership
motivation. Kebutuhan mensosialisasikan kekuasaan pemimpin untuk menyelesaikan
tujuan tim atau organisasi.
·
Cognitive
and practical intelligence. Kemampuan kognitif pemimpin di atas rat-rata untuk
memproses informasi (cognitive intelligence) dan kemampuan menyelesaikan masalh
dunia nyata dengan menyesuaikan pada, membentuk, atau menseleksi lingkungan
yang sesuai (practical intelligence)
·
Emotional
intelligence. Kemampuan pemimpin memonitor emosinya sendri atau orang lain,
mendeskriminasi diantara mereka dan meggunakan informasi mebimbing pemikiran
dan tindakan mereka.
.
HUBUNGAN BUDAYA
ORGANISASI DENGAN KINERJA
Kandungan
dan kekuatan budaya organisasi dapat mempengaruhi iklim etika serta perilaku
etika di antara para anggotanya. Jika budaya itu kuat dan menjunjung tinggi
etika, akan timbul pengaruh positif dan dorongan yang kuat pada para karyawan
untuk berperilaku etis. Sebagai contoh, Alfred P. West, pendiri dan CEO firma
jasa keuangan SEI Investment Company, menghabiskan banyak waktu untuk
menegaskan visi organisasinya kepada para kayawan-menciptakan budaya organisasi
yang terbuka dan integritas, rasa kepemilikan yang kuat, dan tanggung-jawab
(akuntabilitas). Ia mengatakan, “kami menyampaikan kepada karyawan kami banyak
hal tentang kearah mana kami menginginkan perusahaan berjalan. Kami
mengkomunikasikan visi dan strategi kami bahkan dengan agak berlebihan kepada
mereka dan senantiasa menanamkan budaya organssai kami dalam diri mereka.”
Menciptkan budaya tempat kerja yang
mendukung dan mengayomi keragaman individu serta pandangan hidup merupakan
sebuah pekerjaan besar bagi organisasi mana pun. Bagaimana para manajer dapat
dapat menciptakan budaya yang mampu menumbuhkembangakan kebhinekaan? Ada dua
yang harus dilakukan. Pertama,para manajer harus menunjukkan bahwa mereka
mengahargai keragaman lewat tindakan dan keputusannya. Dalam menjalankan
perencanaan, penataan, kepemimpinan dan pengendalian, mereka harus mengakui
serta mengakomodasi keragaman pandangan. Sebagai contoh, di Marriott Marquis
Hotel di Alun-Alun Times Square New York, para manajer harus mengikuti
penataran tentang kebhinekaan, dimana mereka akan mempelajari bahwa cara
terbaik untuk menyelesaikan konflik yang terkait dengan keragaman adalah dengan
berfokus pada kinerja dan tidak mendefinisikan masalah berdasarkan jenis
kelamin, budaya, rasa tau kecacatan seseorang. Hal kedua yang dapat dilakukan
oleh para manajer adalah mencari berbagai cara untuk menyoroti dan mengedepankan
perilaku para kayawan yang meneladani semangat kebhinekaan.
Empat
faktor yang berpengaruh pada asal mula sumber budaya organisasi, yaitu:
1. Keyakinan dan
nilai-nilai pendiri organisasi dapat menjadi pengaruh kuat pada penciptaan
budaya organisasi. Selama kedudukan, keyakinan dan nilai-nilai dapat ditanamkan
dalam kebijakan, program, dan pernyataan informal organisasi yang dihidupkan
terus-menerus oleh anggota organisasi selanjutnya.
2. Norma sosial
organisasi juga dapat memainkan peran dalam menentukan budaya organisasi.
Budaya masyarakat sekitarnya memengaruhi budaya organisasi yang ada di dalamnya
3. Masalah
adaptasi eksternal dan sikap terhadap kelangsungan hidup merupakan tantangan
bagi organisasi yang harus dihadapi anggotanya melalui penciptaan budaya
organisasi.
4. Masalah
integrasi internal dapat mengarahkan pada pembentukan budaya organisasi.
Kemudian
ada 3 hal yang dapat menciptakan budaya organisasi yaitu:
1. Company
founder (pendiri perusahaan) Budaya organisasi dapat dilacak, paling tidak
sebagian, pada pendiri perusahaan. Individu ini sering mempunyai kepribadian
yang dinamis, strong values, dan visi yang jelas tentang bagaimana
organisasi harus bekerja, Karena dia memainkan peran penting dalam menerima staf
pada awalnya, maka sikap dan nilai-nilai siap disampaikan pada pekerja baru.
Sebagai hasilnya, pandangan mereka diterima orang dalam organisasi dan tepat
seperti diinginkan selama pendiri masih berperan.
2. Experience
with the environment (pengalaman dengan lingkungan)
Budaya organisasi
sering berkembang diluar pengalaman organisasi dengan
lingkungan
eksternal. Setiap organisasi harus menmukan celah bagi dirinya dalam industry
dan di pasar.
3. Contact with
others (hubungan dengan orang lain) Budaya organisasi juga berkembang di
luar kontak antara kelompok individu dalam organisasi yang dating berbagi
interpretasi kejadian dan tindakan dalam organisasi.
INDIKATOR KINERJA SDM
Dalam
organisasi, informasi yang berkaitan dengan kinerja sangat penting diperhatikan
sebagai dasar evaluasi proses kinerja dalam organisasi selama ini sudah sesuai
dengan standar yang ditetapkan atau belum. Kinerja yang ada dalam organisasi
merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan.
Pimpinan organisasi harus mengetahui dan memperhatikan sejauh mana kinerja
karyawannya. Suatu pekerjaan mempunyai persyaratan tertentu untuk dapat
dilakukan dalam mencapai tujuan yang disebut juga sebagai standar pekerjaan.
Indikator yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan adalah mencakup sebagai
berikut:
a. Kualitas: sejauh mana proses atau hasil
pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang
diharapkan.
b. Kuantitas: jumlah yang dihasilkan,
misalnya jumlah rupiah, jumlah unit, jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan.
c. Ketepatan Waktu: tingkat sejauhmana
suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki, dengan memperhatikan
koordinasi output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan lain.
d. Efektifitas: tingkat sejauh mana
penggunaan sumber daya (organisasi manusia,
keuangan, teknologi dan material) yang
dimaksud untuk mencapai hasil tertinggi
atau pengurangan kerugian dari setiap unit
penggunaan sumber daya.
e. Kemandirian: tingkat sejauhmana seorang
pekerja dapat melaksanakan suatu
fungsi pekerjaan tanpa memerlukan
pengawasan seorang supervisor untuk
mencegah tindakan yang kurang diinginkan.
f.
Komitmen organisasi: tingkat sejauhmana karyawan atau pegawai memelihara
harga diri, nama baik dan kerja sama
diantara rekan kerja dan bawahan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. kepemimpinan
adalah kemampuan unyuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai visi dari
organisas
2. budaya
organisasi adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam bagiamana cara
bertindak dan menghadapi masalah yang dilakukan oleh pelaku-pelaku organisasi.
3. kinerja SDM merupakan hasil
kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM dalam melaksanakan tugas kerjanya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
4. Kepemimpinan
dan budaya organisasi memiliki peran yang penting dalam membentuk karater
sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki keterampilan dan berdaya
saing tinggi. Kepemimpinan dan budaya organisasi pula yang menciptakan
lingkungan organisasi yang baik dimana sumber daya manusia tersebut berada.
5.
Keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan memiliki pengaruh besar dari
kulitas pimpinan dan sumber daya manusianya.
SARAN
Berdasarkan
kesimpulan diatas, maka
dapat diberikan
saran-saran sebagai berikut:
a. Bagi karyawan
1. Kepemimpinan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan oleh sebab itu hendaknya karyawan selalu
memahami instruksi dari pimpinan agar dapat melaksanakan tugas sesuai tanggung jawabnya.
2. Pengawasan
berpengaruh terhadap
kinerja karyawan
oleh sebab itu hendaknya perusahaan meningkatkan pengawasan dan karyawan
berusaha mematuhi tata tertib yang berlaku di perusahaan.
Bagi perusahaan
1. Kepemimpinan
memberikan pengaruh terhadap kinerja karyawan, sehingga diharapkan pimpinan
perusahaan dalam membuat kebijakan maupun memberikan instruksi selalu
memperhatikan
kondisi karayawan.
2. Pengawasan
memberikan pengaruh
terhadap kinerja
karyawan sehingga
diharapkan
perusahaan mempertahan
kebijakan pengawasan.
Dengan memberikan
daftar agenda
kegiatan karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
George R. Terry (1972) Principles of Management. Edisi Keenam.
Richard D
Irwin Homewood.
Illonis.
K.H Timotius (2016) Kepemimpinan dan Kepengikutan Teori dan
Perkembangannya. Yogyakarta
: CV Andi
Robbins dan Coulter Mary (2010)
Manajemen Jilid 1: Edisi kesepuluh.
Jakarta : Penerbit
Erlangga
Sedarmayanti .2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja.
Bandung : Maju Mundur
Susanto, AB., 1997. Budaya Perusahaan: Seri Manajemen Dan
Persaingan Bisnis.
Jakarta : Cetakan Pertama, Elex Media
Komputindo
Wibowo.
2007. Manajemen Kinerja. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Parsada
Komentar
Posting Komentar